Islam Mengisi Pelangi Negara Indonesia


pelangi Indonesia
Islam Mengisi Pelangi Negara Indonesia

Hai Sobat-Sobat Blogger Semua, Rosullullah SAW pernah memohon pada Allah SWT, 3 pemintaan namun 1 yang belum bisa/tidak bisa dikabulkan yaitu menyatukan perbedaan umat. Untuk itu Negara Indonesia yang berbeda suku, ras, golongan, Agama bukan harus dilebur menjadi satu seperti negara Islam namun bagaimana mengisi kehidupan yang beraneka ragam ini menjadi sebuah satu kesatuan yang terhormat dimata dunia tanpa mengesampingkan Aqidah Islam yang ada di Diri kita. Kita sebagai umat muslim khususnya harus dapat mewarnai setiap pelangi kehidupan di Negara Indonesia ini seperti yang di contohkan oleh Rosulullah SAW yang menjunjung tinggi setiap harkat dan martabat manusia.

 
Sekitar 14 abad yang lalu, telah berdiri sebuah Negara adidaya yang menjadikan aqidah Islam sebagai landasan berdirinya. Sebuah Negara yang mampu menyatukan manusia dalam bingkai ukhuwah atas dasar aqidah, yakni aqidah Islam. Itulah Daulah Islam (Negara Islam), yang diproklamirkan oleh Rasulullah SAW di Madinah Al-Munawarah yang kemudian diteruskan oleh para penerus estafet kepemimpinan kepala Negara tersebut dimulai dari masa Khulafaur Rasyidin hingga berakhir pada masa Khilafah Ustmani pada tanggal 3 maret 1924 silam.

Sejak runtuhnya institusi Khilafah pada 1924 itulah yang mengakibatkan umat Islam yang berjumlah 1,57 milyard hidup dengan kondisi terkotak-kotak atas nama nation-state atau Negara bangsa. Akibatnya, tiap-tiap individu umat Islam tidak saling menyatu baik dalam perasaan, pemikiran maupun system/aturan, sehingga lenyaplah kehidupan Islam yang berlandaskan atas aqidah dan syariah Islam di dalam kehidupan bermasyarakat mereka. Hal itu jangan sampai terjadi di Negara kita Ini, meskipun negara kita plural namun bagaimana umat Islam mampu memberikan warna yang menyejukkan bagi semuanya.

Antara Aqidah Islam dan Nasionalisme

Islam adalah sebuah agama yang terdiri atas aqidah dan syariah. Aqidah sebagai dasar atas berfikir serta syariah Islam sebagai sebuah system hidup sekaligus sebagai sebuah system hidup. Mahmud Syalthut menyatakan, "Di dalam Islam, akidah adalah landasan pokok (al-ashl) yang membangun syariat. Syariat refleksi aqidah. Oleh karena itu, tidak ada syariat tanpa keberadaan akidah. Tidak ada penerapan syariat Islam kecuali di bawah naungan akidah Islamiyyah. Sebab, syariat tanpa dilandasi akidah seperti bangunan tanpa dasar."

Kalimat Tauhid, Laa ilaha illa Allah, Muhammaddarasulullah adalah kalimat yang mengikat Umat Islam satu sama lain. Aqidah inilah yang menyebabkan meleburnya sahabat Abu Bakar yang Arab dengan Salman yang berasal dari Persia dengan Bilal yang orang Ethiopia dengan Shuhaib yang berasal dari bangsa Romawi. Tidak ada ikatan lain selain daripada ikatan aqidah pada waktu itu yang menjadi pengikat antar sahabat di masa Rasulullah dan umat setelahnya hingga sebelum Khilafah Ustmani runtuh,

Nasionalisme menurut Hans Kohn diartikan sebagai "keadaan pada individu yang dalam pikirannya merasa bahwa pengabdian paling tinggi adalah untuk bangsa dan tanah air". Nasionalisme memang bukan satu-satunya ide yang layak untuk membangkitkan umat manusia. namun suatu kebangkitan, diperlukan suatu pemikiran yang menyeluruh (fikrah kulliyah) tentang kehidupan, alam semesta, dan manusia, serta pemikiran tertentu tentang kehidupan untuk memecahkan problem kehidupan yang ada di suatu Negara. 

Sejak dahulu ikatan kesukuan atau etnis, termasuk  ikatan Nasionalisme sudah ada dan bahkan di Negara Indonesia keberhasilan untuk mengusir penjajah pun karena adanya kesamaan visi dan misi untuk menjadikan Negara ini merdeka tanpa mengesampingkan Aqidah / keyakinan yang ada di rakyat Indonesia yang sangat beraneka ragam/berbeda-beda. Dengan sedikit mengesampingkan keegoisan individu untuk kehidupan duniawi ini dan mengedepankan kebutuhan bersama untuk hidup sejajar dan sederajat akhirnya kemerdekaan untuk hidup di negeri sendiri dapat di capai. klo boleh saya katakan Aqidah Islam merupakan pengobar semangat menghargai segala perbedaan. Di Alqur'an pun difirmankan Bagimu agama mu dan bagiku agama ku, satu dengan yang lainya tidak boleh saling mengganggu. Biarlah Allah yang menjaga kehidupan kita. Negara Indonesia yang plural ini mari kita jaga bersama sehingga makin kokoh dan kuat dengan mulai dari kita masing-masing  sehingga Indonesia makin Indah dengan warna-warni pelanginya yang membuat semua negara terkagum melihat segala perbedaan yang ada namun dapat berhasil untuk maju dan berkembang ke arah yang lebih baik.
 
Meskipun Negara kita plural namun bagi kita umat Islam tetap:

1. Rabb (Tuhan) kita satu yaitu Allah SWT

Umat Islam hanya mempercayai satu Tuhan yang mencipta alam semesta ini.Tuhan yang wajib disembah, diagungkan dan ditaati perintahnya dan dijauhi larangannya, dan hanya kepadanya mereka menggantungkan segala urusan. Tuhan yang Maha Esa yaitu Allah SWT. Allah SWT berfirman:

Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa". (QS. Al-Ikhlas [112] : 1)

Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. (QS. Al-Ikhlas [112] : 2)

2. Kitab kita satu yakni Al Qur’an

Umat Islam mempercayai Al Qur'an sebagai pedoman hidup, yang mengatur seluruh urusan mereka. Didalamnya terdapat hukum-hukum yang menyelesaikan segala urusan.Oleh karena itu apabila terjadi perselisihan diantara mereka, maka mereka kembalikan kepada Al Quran untuk mendapatkan penyelesaian masalahnya. Dan mereka akan menerima keputusan itu dengan penuh kerelaan. Allah SWT berfirman:

وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلَاءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. An-Nahl [16] : 89)

3. Nabi kita satu yakni Muhammad SAW

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS. Al-Hashr [59] : 7)

4. Qiblat kita satu yaitu Ka'bah Baitullah

Umat Islam menjadikan Ka'bah sebagai kiblat yang menyatukan hati-hati mereka. Semua umat Islam menghadap ke kiblat ketika mengerja kan shalat sebagai ibadah yang paling utama dalam Islam. Di manapun mereka berada,mereka harus menghadapkan wajahnya ke arah ka'bah baitullah yang suci. Dan pada setiap musim haji umat Islam dari berbagai penjuru dunia berbondong-bondong mendatangi tempat ini untuk menyambut seruan Allah kepada mereka dengan melakukan ibadah haji. Dan bagi mereka yang tidak mendatangi tempat ini karena tidak ada biaya dapat mengerjakan shalat 'Ied di tempat mereka masing-masing dengan menghadap ke tempat yang sama sebagai ungkapan kebersamaan. Allah SWT berfirman yang artinya:

Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf,dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud. (QS. Al-Hajj [22] : 26)

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamudengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. (QS. Al-Hajj [22] : 27)

5. Pemimpin kita juga harus Dapat Di Tauladani

Meskipun  negara kita Plural, dalam memilih Pemimpin juga harus selektif dimana mereka harus mampu mengendalikan berbagai urusan dalam batas-batas yang ditetapkan di negara ini, juga harus mampu menjadi Suri tauladan bagi rakyat dan mampu menyatukan Umat dalam kehidupannya masing-masing sehingga tidak terjadi pergolakan dan kesemrawutan serta pertumpahan darah antara saudara-saudaranya sendiri di negara ini.
PENUTUP
Semoga umat Islam semakin sadar bahwa penyebab tercerai-berainya umat ini adalah bukan disebabkan oleh paham yang bernama nasionalisme, tetapi tidak kembalinya umat  untuk menjadikan aqidah Islam sebagai landasan dalam menjalankan syariah dalam kehidupan yang plural. Karena tiada kemuliaan tanpa Islam. Tak sempurna Islam tanpa syariah. Takkan tegak secara kaffah syariah Islam tanpa dijalani dengan sungguh-sungguh. Semoga kehidupan Islam yang mulia bisa terwujud meskipun Negara ini berpelangi. Wallahu a‘lam bi ash-shawab []

0 komentar:

Posting Komentar