Kemesraan Di Usia Senja


kemesraan
Kemesraan Di Usia Senja 
Kemesraan adalah bagian penting untuk menjaga keharmonisan keluarga Muslim. Jangan sampai para keluarga Muslim terganggu hubungannya hanya karena alasan usia senja. “Ah, sudah tua, kok masih aneh-aneh,” demikian ucapan yang sering diucapkan para pasangan tua. 
Bermesraan adalah upaya suami istri untuk menunjukkan saling kasih sayang dalam bentuk verbal maupun non-verbal. Ucapan yang manis, kata-kata yang manja, dan ajakan yang lembut, adalah bentuk kemesraan verbal yang bisa dilakukan suami dan istri. Sedang sentuhan tangan dan gerak tubuh lainnya adalah kemesraan dalam bentuk non-verbal. Kemesraan verbal semata belum cukup tanpa disertai kemesraan non-verbal. 

Ada satu kisah Seorang pria, bertanya malu-malu kepada seorang ustad. Si pria yang sudah berumur ini, telah mengarungi masa pernikahannya lebih dari 21 tahun.

Kedua pasangan ini dikenal sebagai pekerja keras (workaholic). Hidupnya adalah kerja, kerja, dan kerja. Hanya saja, ia mengaku ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. “Kemesraan, “ katanya yang ia rasakan telah hilang.

“Saya ingin mengembalikan suasana kemesraan itu seperti semula, tapi bagaimana memulainya ustad?” ujarnya. “Bisakah dalam usia kami yang memasuki 51 tahun ini menikmati kemesraan bersama istri seperti sebelumnya?”

Untuk meyakinkan Anda bahwa di usia 51 tahun pasangan masih bisa mewujudkan hubungan yang mesra, berikut ini kami nukilkan beberapa hadits Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam (Saw) yang menggambarkan kemesraan beliau bersama istri-istrinya. Tak ada salahnya membangun kemesraan antara suami-istri, meski usia telah beranjak tua. Rasulullah Muhammad, bahkan dikenal sebagai pria yang mesra dan sangat memperhatikan istri-istrinya.

Di bawah ini adalah rahasia kemesraan Rasulullah:


1. Tidur dalam satu selimut bersama istri

Dari Atha’ bin Yasar: “Sesungguhnya Rasulullah Saw dan ’Aisyah Radhiyallahu Anha (Ra) biasa mandi bersama dalam satu bejana. Ketika beliau sedang berada dalam satu selimut dengan ’Aisyah, tiba-tiba ’Aisyah bangkit. Beliau kemudian bertanya, ‘Mengapa engkau bangkit?’ Jawabnya, ‘Karena saya haidh, wahai Rasulullah.’ Sabdanya, ‘Kalau begitu, pergilah, lalu berkainlah dan dekatlah kembali kepadaku.’ Aku pun masuk, lalu berselimut bersama beliau.” (Riwayat Sa’id bin Manshur)

2. Memberi wangi-wangian pada auratnya

‘Aisyah berkata, “Sesungguhnya Nabi Saw apabila meminyaki badannya, beliau memulai dari auratnya dan mengolesinya dengan nurah (sejenis bubuk pewangi), dan istrinya meminyaki bagian lain seluruh tubuhnya.” (Riwayat Ibnu Majah)

3. Mandi bersama istri

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Aku biasa mandi bersama dengan Nabi Saw dengan satu bejana. Kami biasa bersama-sama memasukkan tangan kami ke dalam bejana.” (Riwayat Abdurrazaq dan Ibnu Abu Syaibah)

4. Disisir istri

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Saya biasa menyisir rambut Rasulullah, saat itu saya sedang haidh.” (Riwayat Ahmad)

5. Meminta istri meminyaki badannya

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Saya meminyaki badan Rasulullah pada hari raya Idul Adha setelah beliau melakukan jumrah aqabah.” (Riwayat Ibnu ‘Asakir)

6. Minum bergantian pada tempat yang sama

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Saya biasa minum dari muk (gelas) yang sama ketika haidh, lalu Nabi Saw mengambil muk tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau minum, kemudian saya mengambil muk, lalu saya menghirup isinya, kemudian beliau mengambilnya dari saya, lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau pun menghirupnya.” (Riwayat ‘Abdurrazaq dan Sa’id bin Manshur)

7. Mencium istri

Dari ‘Aisyah, “Bahwa Nabi Saw biasa mencium istrinya setelah wudhu, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi wudhunya.” (Riwayat ‘Abdurrazaq)

8. Tiduran di pangkuan istri

Dari Aisyah, ia berkata, “Nabi biasa meletakkan kepalanya di pangkuanku walaupun aku sedang haidh, kemudian beliau membaca Al-Qur’an.” (Riwayat ‘Abdurrazaq)

9. Memanggil dengan kata-kata mesra

Rasulullah biasa memanggil ‘Aisyah dengan beberapa nama panggilan yang disukainya, seperti ‘Aisy dan Humaira (pipi merah delima).

Begitu indahnya kemesraan Rasulullah kepada para istrinya, memberikan gambaran betapa Islam sangat mementingkan komunikasi semacam ini, karena bahasa tubuh akan lebih efektif menyatakan cinta dan kasih sayang antara suami dan istri.

Nah, masih kurang apalagi bentuk kemesraaan yang telah dicontohkan oleh Nabi kita? Dan sudahkah kita bermuhasabah [berkaca] untuk melihat apa yang telah kita lakukan untuk suami-istri kita tercinta guna menjaga kemesraan ini? Semoga keluarga samara tercipta dikeluarga kita.

0 komentar:

Posting Komentar