Home » Archives for Juni 2013
Yuk Remaja Islam Indonesia Contoh Akhlak Rosullullah SAW
Remaja Islam Indonesia Contoh Akhlak Rosullullah SAW.
Akhir-akhir ini kita
dibuat prihatin dengan maraknya tawuran antar pelajar, merebaknya
pemakaian narkoba di kalangan remaja, pergaulan bebas diantara remaja,
dan beberapa tindak kejahatan yang melibatkan anak remaja. Apa
sebenarnya yang salah dengan negeri ini, sehingga banyak remaja
Indonesia terjerumus kepada sikap dan perilaku yang menyimpang dari
nilai-nilai agama, moral, dan etika?
Padahal sebagai generasi harapan bangsa,
remaja diharapkan kelak menjadi pemimpin yang akan membawa kemajuan dan
kesejahteraan bagi bangsanya. Namun dengan kondisi remaja seperti yang
tergambar di atas, bagaimana kita bisa berharap banyak pada kaum remaja?
Tak bisa terbayangkan bagaimana kondisi negara kita di masa depan bila
kaum remaja sekarang ini berperilaku menyimpang, malas, semaunya
sendiri, tidak mengindahkan moral dan etika, serta melanggar hukum.
Banyak faktor yang melatarbelakangi
rusaknya mental dan kepribadian kaum remaja di negeri ini. Faktor itu
meliputi; pendidikan, lingkungan sosial, ekonomi, seni-budaya, dan lain
sebagainya. Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan di berbagai
bidang terutama dalam bentuk transformasi teknologi informasi dan budaya
memberi dampak signifikan bagi perubahan watak dan perilaku kaum
remaja. Intensitas penggunaan internet dan video game yang meningkat di
kalangan anak-anak dan remaja turut memberi andil.
Sekarang ini kita bisa melihat begitu
banyak remaja yang suka bergaya, berperilaku, dan meniru artis asing.
Contohnya korean style yang sedang mewabah di kalangan remaja.
Ironisnya, hal itu juga diikuti remaja muslim. Memang, kegiatan meniru
sang idola bagian dari pembentukan pribadi remaja dalam tahap pencarian
jati diri. Dalam ilmu psikologi hal itu sah saja selama kegiatan meniru
bernilai positif. Namun yang disayangkan, lebih banyak kegiatan meniru
itu justru bernilai negatif dan berpotensi merusak mental kepribadian
remaja.
Pasalnya, apa yang mereka tiru dan ikuti
tidak selaras dengan norma maupun nilai-nilai agama, sosial, dan budaya
yang dianut di negeri ini. Sebagai negara yang mayoritas beragama Islam
dan berbudaya ketimuran sangatlah tidak sesuai bila mengikuti budaya
asing, khususnya barat, yang cenderung liberal, hedonis, dan permisif.
Mengembangkan pemikiran yang maju dan modern seperti yang dilakukan kaum
reformis Barat boleh saja dilakukan selama tidak menafikan nilai-nilai
moralitas yang ditanamkan oleh agama dan kultur sosial setempat.
Islam mengajarkan umatnya untuk mencari
ilmu sampai ke negeri China, belajar hingga akhir hayat, dan
mengembangkan potensi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan di dunia
selama tidak menyalahi syariat agama. Semestinya kaum remaja muslim
jangan hanya sekadar sebagai penonton, peniru, atau pengekor. Remaja
muslim harus menjadi pembaharu, pemikir, dan pioner bagi kemajuan
masyarakat dunia. Seperti yang dulu pernah dilakukan oleh ilmuwan Islam
seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Biruni, Al-Khawarizmi, Ibnu Ismail Al
Jazari, dan banyak lagi yang lainnya.
Allah Ta’ala berfirman :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar”.
(QS. Ali Imran: 110). Ayat di atas sangat jelas menyiratkan bahwa umat
Islam adalah umat terbaik di dunia. Karena umat Islam yang taat kepada
Allah dan Rasul-Nya senantiasa berbuat terbaik bagi dirinya,
lingkungannya, dan sesama.
Untuk mewujudkan visi sebagai umat
terbaik, maka diperlukan upaya pembentukan karakter muslim yang kuat.
Hal ini harus dilakukan melalui pendidikan sejak usia dini atau
kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Dalam hal ini peran orang tua, guru,
dan pemerintah sebagai penyedia fasilitas sangat besar sekali dalam
pembentukan watak dan kepribadian seorang muslim.
Pembentukan Karakter Remaja Islami
Untuk membentuk karakter remaja islami
yang cerdas, mandiri, tangguh, berakhlakul karimah, amanah, dan tawaduk
tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal seperti di sekolah atau
pesantren. Pendidikan dan penanaman nilai-nilai islami justru dimulai
dari lingkungan keluarga. Dalam hal ini orang tua memikul tanggung jawab
dan peran utama mendidik anak. Orang tualah yang menentukan mau
dijadikan seperti apa dan diarahkan ke mana jalan hidup anak.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap
(anak) yang dilahirkan (pasti) dilahirkan di atas fitrah, kedua orang
tuanyalah yang membuat dia jadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi”
(HR. Abu Hurairah). Hadist ini menekankan pentingnya tugas orang tua
dalam mengawali pendidikan pada anaknya. Orang tua mesti mengenalkan
Islam secara dini, karena dengan memeluk agama Islam dan menjalankan
syariat dengan benar akan menjadi benteng sekaligus penyelamat bagi
hidupnya, baik di dunia maupun di akherat.
Allah Ta ‘ala berfirman: “Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anaknya, demikian pula
Yaqub. (Ibrahim berkata): ‘Hai anak-anakku, Sesungguhnya Allah telah
memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk
agama Islam.” (QS. Al-Baqarah: 132). Selanjutnya keyakinan pada
agama Islam ini dikuatkan dengan pelajaran tauhid, yakni penghambaan dan
penyerahan diri kepada Allah SWT.
Allah Azza Wa Jalla berfirman: “Katakanlah:
‘Sesungguhnya Shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162-163). “Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetaphan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka.
Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah
sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36).
Setelah pelajaran tauhid ini tertanam
kuat pada diri sang anak, barulah kemudian diajarkan tentang akhlak,
ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan segala hal yang menyangkut kehidupan
di dunia. Mengenai pendidikan akhlak ini kita bisa mencari referensi
pada akhlak dan kepribadian Rasulullah saw. Karena Nabi Muhammad saw
adalah sebaik-baik manusia di muka bumi ini. Pada dirinya terdapat uswatun hasanah (suri tauladan yang baik).
Beliau pernah bersabda kepada Ibnu Abbas ra. ketika mengajarkan beberapa perkara aqidah kepadanya, “Hai
anak kecil, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkataan: Jagalah
Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan
mendapati Dia berada di depanmu, jika kamu meminta maka minta hanya
kepada Allah dan jika kamu meminta pertolongan maka minta pertolongan
hanya kepada Allah”. (HR. At-Tirmizi)
Dan beliau juga bersabda dalam masalah sholat: “Perintahkanlah
anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat ketika mereka berumur tujuh
tahun dan pukullah mereka karena (mereka meninggalkan) nya ketika mereka
telah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidur”.
Beliau pernah menegur Umar bin Abi Salamah ketika dia sedang makan, “Hai
anak kecil, bacalah bismillah (sebelum makan), makanlah dengan (tangan)
kananmu dan (mulailah) makan dari (makanan) yang terdekat denganmu”. (HR. Muslim)
Begitu perhatian Rasulullah saw kepada
penanaman akhlak yang baik sejak dini, sehingga beliau tak segan menegur
anak kecil. Meski kita semua tahu sifat anak kecil yang lebih suka
bermain-main dan bercanda. Kita mungkin akan dibuat jengkel dan hilang
kesabaran oleh perilaku anak yang mudah mengabaikan perintah. Tapi
justru di sinilah iman kita diuji. Mendidik anak tak ubahnya mengukir di
atas batu; sangat sulit dan membutuhkan waktu. Namun jika kita terus
melakukannya dan tak kenal lelah, insya Allah ukiran kebaikan yang kita
ajarkan kepada anak-anak akan terus membekas hingga dewasa!
Menanamkan Sifat-sifat Terpuji
Hal lain yang perlu ditekankan pada
pembentukan karakter remaja Islami adalah penanaman sifat-sifat terpuji
seperti: jujur, sabar, adil, bijaksana, amanah, rendah hati, welas asih
kepada sesama, suka menolong, peka terhadap lingkungan, dan bertoleransi
atas perbedaan yang ada. Muslim yang baik adalah pribadi yang tidak
suka pada kekerasan, permusuhan, dendam, kebencian, atau mengobarkan api
konflik kepada orang lain, apalagi kepada sesama muslim.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah : 2). Di ayat lain Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya
Allah tidak akan menzholimi seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika
ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya
dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”. (QS. An-Nisa’: 40).
Rasulullah saw menekankan pentingnya
menjaga diri dari perbuatan zalim atau menyakiti orang lain, terlebih
kepada sesama muslim. Beliau bersabda: “Janganlah kalian saling
hasad, janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling
membelakangi, janganlah seorang dari kalian membeli barang yang telah
dibeli oleh orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba Allah yang
bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, ia
tidak menzhaliminya dan tidak merendahkannya. Takwa itu disini (beliau
menunjuk ke dadanya 3 kali), cukuplah seseorang dikatakan jahat jika dia
menghinakan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim dengan muslim
lainnya adalah haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya”. (HR. Muslim)
Di hadist lain Rasulullah bersabda:“Hendaklah
kalian berlaku jujur, sebab kejujuran itu mengantar kepada kebaikan dan
kebaikan itu mengantar ke surga dan senantiasa orang itu berlaku jujur
dan terus menerus berlaku jujur sehingga dicatat di sisi Allah selaku
orang yang jujur. Dan janganlah kalian berlaku dusta, sebab dusta
mengantar kepada kedurhakaan dan kedurhakaan itu mengantar kepada
neraka, dan senantiasa orang yang berdusta dan terus menerus berdusta
sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Demikianlah beberapa pelajaran penting
yang perlu diberikan kepada kaum remaja Islam di tanah air, sehingga
mereka bisa menjaga diri dari perbuatan menzalimi diri sendiri maupun
orang lain. Dengan menanamkan aqidah yang kuat pada diri seorang remaja
Islam dan mengajarkan akhlakul karimah seperti yang dicontohkan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, niscaya perbuatan sesat dan
merusak seperti; tawuran, mengkonsumsi narkoba, seks bebas, dan lain
sebagainya bisa dihindari.
Semoga uraian di atas memberi manfaat kepada kita semua. Amin ya robba alamin!Referensi : http://cyberdakwah.com/2013/06/menanamkan-akhlakul-karimah-pada-remaja-islam/
Sujud Terakhir Di Malam Pertama Yang Indah
Setelah melaksana kan shalat Maghrib
dia berhias, menggunakan gaun pengantin putih yang indah, mempersiapkan
diri untuk pesta pernikahannya.
Namun tak lama berselang dia mendengar suara azan Isya berkumandang dan dia sadar kalau wudhunya telah batal.
Dia berkata pada ibunya :
“Bu, saya mau berwudhu dan shalat Isya.”
Ibunya terkejut dengan berkata:
“Apa kamu sudah gila?
Tamu telah menunggumu untuk melihatmu, bagaimana dengan make-up mu?
Semuanya akan terbasuh oleh air.”
Lalu ibunya menambahkan :
“Aku ibumu, dan ibu katakan jangan shalat sekarang!
Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, ibu akan marah kepadamu”
Sang anak membalas :
“Demi Allah, saya tidak akan pergi dari ruangan ini, hingga saya shalat.
Ibu, ibu harus tahu bahwa tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam
kemaksiatan kepada Pencipta!”
Ibunya pun berkata :
“Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentangmu, ketika kamu tampil
dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up?? Kamu tidak akan terlihat cantik
dimata mereka! dan mereka akan mengolok-olok dirimu”
Sang anak membalas dengan tersenyum :
“Apakah ibu takut karena saya tidak akan terrlihat cantik di mata makhluk?
Bagaimana dengan Penciptaku?
Yang saya takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat, saya tidak akan tampak cantik di mata-Nya”.
Setelah mengatakan itu, dia tetap berwudhu, dan seluruh make-up nya
terbasuh. Tapi dia tidak merasa bermasalah dengan itu. Kemudian ia
memulai shalatnya. Dan pada saat bersujud, dia tidak menyadari bahwa itu
akan menjadi sujud terakhirnya. Pengantin wanita itu pun wafat dengan
cara yang indah, yaitu bersujud di hadapan Pencipta-Nya. Ya, ia wafat
dalam keadaan bersujud, sehingga menjadi akhir kehidupan yang luar biasa
bagi seorang Muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya!
Subhanallah… Kisah di atas menunjukkan bahwa di dunia ini masih tersisa
kebaikan, kebenaran dan kemuliaan.
Banyak orang tersentuh mendengarkan kisah ini. Ia telah menjadikan Allah
SWT dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama dan utama.
Sehingga menjadi sebuah fenomena yang luarbiasa masih terjadi di tengah
pola kehidupan duniawi yang terus di agungkan oleh sebagian besar
manusia.
Sehingga patut menjadi tolak ukur dan penyemangat diri – terutama kaum
Muslimah – bahwa mengikuti perintah-Nya adalah yang terbaik sebagai
manusia dan tetap indah.
Tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak takut kepada Allah SWT. Dan
ketakutan yang telah di contohkan oleh pengantin wanita di atas adalah
kebenaran. Inilah sikap yang akan menyelamatkan seseorang di akherat
kelak.
Di waktu yang penuh sesak dan tiada kesempatan untuk memperbaikinya.
Sehingga mulai sekaranglah wahai saudariku tercinta engkau berbenah
diri, merubah kebiasaan dan pola kehidupan yang terus menduniawi ini.
Pikirkan tentang kehidupan akheratmu nanti, tentang bagaimana bisa
engkau memperoleh kebaikan sementara engkau tidak berbuat baik yang
sesuai ketetapan-Nya.
Benar adanya, bahwa sikap seperti pengantin wanita di atas itu sulit dan
tidak sedikit yang mengabaikannya, tetapi yakinlah masih ada di antara
kita yang mau melakukannya. Mereka memilih bahwa kehidupan ini harus di
tempatkan pada posisi yang tepat.
Pada keadaan bahwa ia hanyalah seorang hamba yang harus selalu patuh
hanya kepada Tuhannya. Apapun resikonya ia tidak peduli, karena yang
diinginkannya adalah mengabdi dan mencintai Tuhannya saja. Sehingga
berakhirlah kehidupannya dalam keindahan. Sungguh indah dan mulia.
Ya. Siapapun dari Muslimah yang menginginkan perjalanan hidupnya di
akherat menjadi indah dan mudah, maka ia harus mencontoh sikap pengantin
wanita di atas, karena demikianlah yang di lakukan oleh para wanita
shalihah.
Kaum Muslimah yang menjadi idaman bagi sosok yang shalih karena telah
mengikuti jejak para Nabi. Hamba Allah yang kelak akan berdiri di
belakang Fathimah Az-Zahra RA, karena menjadi penghuni Syurga selamanya.
(WOUW) Nikmatnya Menjadi Hamba Allah
“Barangsiapa menempatkan dirinya di sisi Tuhannya layaknya hamba sahaya yang tunduk dan patuh ( yang ia miliki, maka ia telah mencapai puncak
(kehambaan) yang sangat sempurna.”
Harapan setiap dari Anda manakala mempunyai hamba sahaya adalah hamba yang
berkarakter dan berperilaku penurut, berbudi pekerti luhur, bekerja dengan
profesional selain juga berpenampilan bersih, rapi, dan disiplin.
KH Ahmad Dahlan: Tentara Kandjeng Nabi Muhammad
KH Ahmad Dahlan: Tentara Kandjeng Nabi Muhammad. Kampung Kauman, Yogyakarta, pada masa lalu dikenal sebagai basis santri,
ulama, dan kaum ningrat. Masyarakatnya dikenal religius dan santun.
Kata Kauman, menurut sejarawan dari Universitas Gadjah Mada, Adaby Darban, berarti “Tempat Para Penegak Agama”.
Belajar Wira’i demi Keselamatan Bangsa
Belajar Wira’i demi Keselamatan Bangsa. Rasulullah saw pernah bersabda “Walaupun engkau shalat
sampai bungkuk, dan puasa sampai kurus seperti tali tampar, semua itu
tidaklah diterima Allah swt tanpa wira’i”. Mengapa konsep wira’i
demikian penting? Karena konsep itulah yang dapat menyelamatkan bangsa
dan negeri ini dari kebangkrutan.