Masuk Islam Secara Kaffah
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ
اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah, mari kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang telah memberikan berbagai keni’matan, terutama ni’mat Iman dan
Islam. Karena Allah akan menambahi ni’mat itu bagi orang-orang yang
bersyukur.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, para keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Di samping itu, marilah kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah
dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sampai mati kecuali dalam keadaan
muslim.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, sebagai orang Muslim masuk islam secara kaffah merupakan keharusan, kita
mesti konsekuen dengan Islam, tidak menawar-nawar, dan tidak
memilih-milih mana yang sesuai hawa nafsu baru kita pilih. Sedang yang
dianggap tak sesuai hawa nafsu lalu diabaikan bahkan ditolak. Itu bukan
pribadi orang mu’min. karena Allah Ta’ala telah memperingatkan:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ
إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ
مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا
مُبِينًا [الأحزاب/36]
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang
urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab [33] : 36)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam Kitab Tafsirnya, ayat ini umum
mengenai seluruh perkara, dan yang demikian itu bahwasanya apabila Allah
dan Rasul-Nya telah menetapkan hukum mengenai sesuatu maka tidak ada
seorang pun berhak menyelisihinya, dan tidak ada pilihan (lain lagi)
bagi seseorang di sini. Tidak ada pendapat dan tidak ada perkataan
(sebagai pilihan lain). Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
: { فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى
يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي
أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا }
[النساء:65]
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu
keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya. (QS An-Nisaa’ [4] : 65)
Dalam hadits:
: “والذي نفسي بيده، : لا يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ “. (الحكيم ،
وأبو نصر السجزى فى الإبانة وقال – حسن غريب – والخطيب عن ابن عمرو) حديث
حسن صحيح
Demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, tidak beriman seseorang
dari kamu sekalian sehingga menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang
aku bawa dengannya (yakni Islam ini). (HR. Al-Hakim, hasan shahih menurut An-Nawawi dalam Hadits Arba’in)
Oleh karena itu Allah mengeraskan ancaman terhadap yang menyelisihi hal itu, dengan berfirman:
{ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا }
Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab [33] : 36)
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
{ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ } [النور:63].
“..maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur [] : 63)
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Ketika kita menjadi orang
Islam, sebenarnya kita telah menetapkan pilihan, Islam sebagai agama
yang kita peluk, kita imani dengan yakin. Hingga seharusnya kalau ada
pertanyaan: Pilih Islam atau lainnya, maka jawab kita adalah pilih
Islam. Tetapi benarkah kita memang pilih Islam secara konsekuen?
Coba mari kita tanya pada diri kita: Dalam hal prinsip hidup, apakah
kita pilih Islam? Bila jawabnya ya, maka perlu kita bertanya pada diri:
Bagaimana menjalani hidup ini. Apakah dalam mencari makan sudah sesuai
dengan Islam, yakni mencari yang halal dengan cara yang halal, lalu
dipergunakan dalam hal yang halal pula?
Dalam memimpin keluarga apakah pilih Islam, yakni memberi makan,
memberi pakaian, dan segala aturan sesuai dengan Islam? Bila jawabnya
ya, maka di jalan-jalan tidak ada lagi Muslimah yang pakai celana
pendek, pakaian ketat memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh dan sebagainya.
Kenyataannya, justru yang berpakaian secara Islami jumlahnya sedikit,
dan yang melanggar Islam justru banyak. Padahal sama-sama mengeluarkan
biaya untuk beli pakaian, namun ketika yang dipilih adalah bukan yang
Islam, maka biaya yang dikeluarkan itu hanya untuk menuju neraka. Karena
dalam hal pakaian wanita, ada ancaman yang sangat dahsyat. Nabi SAW
bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ
أَرَهُمَا بَعْدُ : رِجَالٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ
يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ – يَعْنِيْ ظُلْمًا وَعُدْوَانًا – وَ نِسَاءٌ
كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلاَتٌ مُمِيْلاَتٌ …
Dua golongan orang yang merupakan calon pengisi neraka yang belum
saya lihat mereka itu : Laki-laki yang memiliki cemeti/ cambuk bagaikan
ekor sapi yang dengannya mereka memukuli orang, dan wanita-wanita yang
kasiyat ‘ariyat (berpakaian tetapi telanjang) mailat mumilat (menyimpang
dari kebenaran dan mengajak orang lain untuk menyimpang) (HR. Muslim dan lainnya)
Sabdanya,” kasiyat ‘ariyat,” telah ditafsirkan:
- Bahwa mereka itu berpakaian dengan pakaian pendek yang tidak menutupi aurat yang harus ditutup,
- dan ditafsirkan bahwa mereka mengenakan pakaian tipis yang tidak menutupi kulitnya dari pandangan di baliknya,
- dan ditafsirkan juga bahwa mereka mengenakan pakaian ketat yang memang menutupi kulit dari pandangan namun tetap menampakan lekuk dan bentuk kemolekan tubuh wanita.
Oleh sebab itu tidak boleh bagi wanita mengenakan pakaian-pakaian
ketat/sempit ini kecuali hanya di hadapan suaminya saja, karena di
antara suami isteri tidak ada aurat, berdasarkan firman-Nya SWT :
وَالَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُوْجِهِمْ
حَافِظُوْنَ إِلاَّ عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ
فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُوْمِيْنَ المؤمنون 5-6
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya
mereka dalam hal ini tiada tercela. (QS. Al Mu’minun [] : 5-6)
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, selain kita tidak boleh
memilih-milih apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, perlu
pula mendudukkan Islam pada proporsinya, yaitu tinggi dan tidak
diungguli. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
{ الْإِسْلَامُ يَعْلُو وَلَا يُعْلَى } .أَخْرَجَهُ الدَّارَقُطْنِيُّ )
Islam itu tinggi dan tidak diungguli. (HR. Ad-Daraquthni,
berderajat hasan menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bari). Tingginya Islam
itu pun mengandung pengertian akan tingginya Muslim dibanding orang
bukan Islam. Sehingga Ibnu ‘Abbas menegaskan, wanita yang jadi isteri
Yahudi atau Nasrani, kemudian wanita itu masuk Islam maka haram bagi
suaminya, karena telah diceraikan oleh Islam, karena Islam itu tinggi,
tidak diungguli. فتح الباري لابن حجر – (ج 15 / ص 121)
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, seseorang, walaupun mengaku
dirinya Muslim, namun belum tentu mau mendudukkan Islam secara
proporsional, hingga Islam yang tinggi itu dianggap saja sama dengan
lainnya, bahkan dianggap lebih rendah dari lainnya. Celakanya lagi,
bahkan Islam itu dianggap lebih rendah dari pendapat orang atau pendapat
kumpulan orang, bahkan lebih celaka lagi, Islam ini tidak boleh masuk
ke ruang hukum, misalnya, karena mereka mengklaim di tempat mereka
tinggal adalah wilayah hukum namun bukan hukum Islam, maka Islam tidak
boleh dipakai dalam hukum. Itu berarti memandang Islam lebih rendah
dibanding hukum bikinan mereka, dan sekaligus menolak Islam.
Ketika mereka mengaku Muslim namun sikapnya seperti itu, maka dalam
perlakuan terhadap Islam dan Muslimin akan terjadi aneka tingkah yang
merusak Islam dan Muslimin. Baik itu merusak jiwa, harta, kehormatan,
wanita Muslimah maupun merusak Islam itu sendiri.
Dalam hal mengaku Muslim namun sejatinya merusak Islam dan Muslimin
karena tidak memandang Islam itu tinggi, maka pelaksanaannya itu dari
lingkup kecil seperti keluarga, sampai yang cakupan luas seperti wilayah
atau Negara, bahkan tingkat dunia. Lebih buruk lagi bila pelaksanaan
merusak Islam dan Muslimin dengan aneka bentuk corak dan ragamnya itu
berupa persekongkolan, antar keluarga, antar suku, antar bangsa, antar
golongan, bahkan antar yang mengaku Muslim dengan yang kafir serta
munafiq. Itu semua karena memandang rendah terhadap Islam.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Sikap seseorang yang mengaku
Muslim namun menyelisihi dua hal tersebut di atas yakni bersikap
memilih-milih dan merendahkan Islam itu akan lebih parah lagi
keburukannya bila menyelisihi ayat berikut ini.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ [البقرة/208]
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah [] : 208)
Imam As-Sa’di dalam tafsirnya, Taisiirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiiri Kalaamil Mannaan, menjelaskan:
masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, maksudnya dalam seluruh
syari’at-syari’at agama (Islam), mereka tidak meninggalkan sesuatu pun
darinya. Dan agar mereka tidak seperti orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya; apabila hawa nafsunya itu sejalan dengan
perkara yang disyari’atkan maka (syari’at itu) dia kerjakan, namun bila
bertentangan dengannya maka dia tinggalkan. Bahkan wajib hawa nafsunya
tunduk pada agama. Dan ia melakukan segala kebaikan dengan segala
kemampuannya, dan apa yang tidak mampu dia lakukan maka dia berusaha dan
berniat melakukannya dan menjangkaunya dengan niatnya tersebut.
Dan ketika seseorang masuk ke dalam Islam dengan keseluruhan, maka
tidak mungkin dan tidak dapat dibayangkan terjadi, kecuali dengan yang
bertentangan dengan jalan-jalan syetan. Allah berfirman.
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
Dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah syetan, maksudnya dalam perbuatan dengan melakukan kemaksiatan kepada Allah,
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu, musuh yang
nyata tidaklah akan mengajak kecuali kepada kejahatan dan kekejian serta
segala yang mengandung bahaya bagi kalian. (Tafsir As-Sa’di juz 1
halaman 94).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Bila seseorang mengaku Muslim
namun tidak masuk ke dalam Islam secara keseluruhan, apalagi tidak
mendudukkan Islam pada kedudukan yang tinggi, dan masih pula pilih-pilih
aturan Islam yang sesuai dengan hawa nafsunya, maka walaupun berkuasa
dan atas nama Islam maka akan menjadikan Islam dan orang Muslim sebagai
sasaran kejahatannya.
Kejahatan yang paling tinggi adalah kemusyrikan yakni menyekutukan Allah Ta’ala dengan lainnya. Islam menyuruh agar menyembah hanya kepada Allah Ta’ala
saja, namun mereka ada yang menyembah dan minta perlindungan kepada
syetan Gunung Merapi, dengan menyajikan sesaji, menyembah isi kubur
dengan memohon-mohon agar hajatnya dikabulkan dan sebagainya. Bahkan
ketika yang ditugaskan untuk melabuhkan sesaji di Gunung Merapi telah
mati karena kena letusan gunung, kemudian diangkat lagi penggantinya. Na’udzubillahi min dzalik, kita berlindung kepada Allah dari hal yang demikian.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, ketika kita ingat zaman
penjajahan Belanda, kita dengar para pejabat pribumi pun dengan teganya
menguras harta-harta Ummat Islam tanpa haq untuk upeti kepada Belanda.
Padahal harta Ummat Islam itu haram diambil kecuali dengan haq, baik di
zaman penjajahan maupun merdeka. Lebih dari itu, walaupun mengaku Muslim
dan berkuasa atas nama Islam, namun ketika memilih ajaran selain Islam,
dan lebih tunduk kepada yang bukan Islam, maka nyawa para ulama pun
dikorbankan demi kekuasaan. Sejarah mencatatnya:
Di zaman Amangkurat I, pengganti Sultan Agung di Kerajaan Mataram
Islam, di Jogjakarta, Amangkurat I mengadakan perjanjian dengan Belanda,
lalu para ulama tidak setuju, maka dikumpulkanlah para ulama itu di
alun-alun (lapangan) sejumlah 5.000-an ulama, lalu dibantai.
Sejarahnya sebagai berikut:
Amangkurat I membantai ribuan ulama
Pembantaian terhadap umat Islam kadang bukan hanya menimpa umat
secara umum, namun justru inti umat yang dibantai, yaitu para ulama.
Pembantaian yang diarahkan kepada ulama itu di antaranya oleh Amangkurat
I, penerus Sultan Agung, raja Mataram Islam di Jawa, tahun 1646.
Peristiwa itu bisa kita simak sebagai berikut:
‘Penyebaran Islam menjadi benar-benar terhambat dan sekaligus merupakan sejarah paling hitam tatkala Amangkurat I mengumpulkan 5000 sampai 6000 orang ulama seluruh Jawa dan membunuhnya seluruhnya secara serentak.’ (Sjamsudduha, Penyebaran dan Perkembangan Islam-Katolik-Protestan di Indonesia, Usaha Nasional, Surabaya, 1987, halaman 119).
‘Penyebaran Islam menjadi benar-benar terhambat dan sekaligus merupakan sejarah paling hitam tatkala Amangkurat I mengumpulkan 5000 sampai 6000 orang ulama seluruh Jawa dan membunuhnya seluruhnya secara serentak.’ (Sjamsudduha, Penyebaran dan Perkembangan Islam-Katolik-Protestan di Indonesia, Usaha Nasional, Surabaya, 1987, halaman 119).
Peristiwa besar berupa pembantaian terhadap ribuan ulama itu tidak
terjadi kecuali di belakangnya ada penjajah Belanda yang menyetir
Amangkurat I. (lihat buku Hartono Ahmad Jaiz, Mengungkap Kebatilan Kyai
Liberal Cs, Pustaka Al-kautsar, Jakarta, 2010).
Perkara membunuh orang mu’min, jelas sangat berat. Karena Allah Ta’ala telah berfirman:
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا
فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ
وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا (93)
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka
balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. An-Nisaa’ [4] : 93)
Bagaimana pertanggungan jawabnya di hadapan Allah Ta’ala, ketika yang dibunuh itu ribuan ulama?
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Mari kita sadari, betapa
besarnya bahya ketika seseorang telah bergeser dari aturan Islam. Sampai
membunuh ribuan ulama pun dilakukan. Oleh karena itu, Islam dari awal
telah menasihati, ketika untuk menikah pun agar memilih wanita yang
memiliki agama. Artinya, agar memilih wanita Islam yang shalihah, yang
beragama Islam dengan baik. Kalau tidak, maka akan celaka.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat
sayang kepada Ummatnya telah menasihati sedemikian, tidak lain adalah
karena bahaya di balik itu adalah sangat besar, sebagaimana
contoh-contoh di atas. Begitu bergeser dari Islam, maka tidak menutup
kemungkinan untuk menjadi perusak Islam dan kaum Muslimin. Maka tidak
ada pilihan lain kecuali kita mengimani Islam ini dengan konsekuen.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
« قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ ».
Katakanlah aku beriman kepada Allah, maka istiqomah lah. (HR. Muslim)
Semoga Allah menjadikan kita Ummat Islam yang istiqomah dalam
mengimani dan menjalani Islam ini secara kaffah, serta terhindar dari sikap
memilih-milih, merendahkan Islam, dan masuk Islam secara
setengah-setengah. Karena ternyata sebegitu bahayanya terhadap kehidupan
di dunia, apalagi kehidupan pelakunya di akherat kelak, bila Islam ini
ditawar-tawar semaunya, tidak ditaati tetapi diselisihi atau bahkan
hanya dijadikan tunggangan dan semacamnya. Itu semua adalah lakon dalam
barisan orang-orang yang melanggar ayat-ayat Allah Ta’ala dan sunnah
Rasul-Nya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَقَالَ اللَّهُ
تَعَالَى : { وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى }
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .
وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .
وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
0 komentar:
Posting Komentar