Muslimah Berjilbab dan Penerimaan Peluang Kerja di AS ?
Peluang kerja di negara yang mayoritas bukan muslim untuk keberterimaan terhadap muslimah yang berjilbab masih sangat sulit. Wanita Muslim yang mengenakan jilbab banyak yang alami diskriminasi di pasar
kerja di Amerika Serikat, pengusaha lebih senang memilih karyawan yang
menggunakan tanpa pakaian identitas agama, sebuah studi baru menemukan.
“Kami melakukan percobaan lapangan untuk menyelidiki sejauh mana
individu mengenakan pakaian keagamaan menghadapi diskriminasi selama
proses perekrutan,” kata Sonia Ghumman, asisten profesor dari University
of Hawaii di Manoa Shidler College of Business, Phys.org.
Studi tersebut meminta sekelompok mahasiswi untuk mengenakan hijab
(jilbab) dan mencoba untuk melamar pekerjaan yang berbeda di Amerika
Serikat.
“Kami meminta siswi (usia 19-22) dari beberapa latar belakang etnis
untuk mencari pekerjaan dengan dan tanpa jilbab di toko retail dan
restoran di pusat- pusat perbelanjaan,” kata Ghumman.
“Mal yang terletak terutama di kota-kota menengah di Midwest. Para
pencari kerja dipasangkan dengan satu pengamat untuk menjalankan 112
percobaan.”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gadis-gadis berjilbab menghadapi
diskriminasi pada tingkat yang berbeda dalam pasar peluang pekerjaan
yang berbeda.
Tanggapan dibagi menjadi diskriminasi formal, ditandai dengan
perilaku negatif eksplisit seperti penolakan, diskriminasi interpersonal
dengan ekspresi yang lebih halus , diskriminasi baik dalam perilaku
nonverbal dan verbal.
Temuan juga mengungkapkan bahwa muslimah memakai jilbab memiliki
dampak negatif pada semua aspek dari proses perekrutan dibandingkan
dengan wanita Muslim yang tidak memakainya.
Studi ini melacak beberapa daerah proses perekrutan, termasuk izin
untuk menyelesaikan aplikasi pekerjaan, ketersediaan lapangan kerja,
panggilan pekerjaan, waktu interaksi, dan dampak negatif yang dirasakan
dan kurangnya minat oleh majikan.
Studi menyimpulkan bahwa wanita jilbab cukup terbatasi menerima
tawaran pekerjaan daripada wanita Muslim yang tidak mengenakan jilbab.
Hal ini juga menunjukkan bahwa wanita berkerudung lebih mungkin untuk
dipekerjakan oleh organisasi perusahaan dengan keragaman agama
karyawannya yang tinggi.
Studi ini bukan yang pertama oleh Ghumman pada diskriminasi terhadap Muslim di AS.
Sebuah studi sebelumnya oleh Ghumman dan peneliti Ann Marie Ryan dari
Michigan State University dilakukan, dengan judul “Tidak diterima di
sini: Diskriminasi terhadap perempuan yang mengenakan jilbab Muslim”.
Menurut Ghumman, perempuan Muslimah yang berjilbab mendapatkan
diskriminasi ketika pada saat pertama kali datang ke tempat kerja di AS.
Meskipun tidak ada perkiraan resmi, AS adalah rumah bagi minoritas Muslim diperkirakan enam hingga delapan juta. (OI.net/Dz)
0 komentar:
Posting Komentar